Sejarah Kelahiran NU - Bab I (Rencana Pembongkaran Makam Nabi)
Ketika penjajahan, bangsa Eropa mulai menguasai negeri-negeri Islam. Maka tatanan kehidupan umat Islam mengalami guncangan. Daulah Utsmaniyah yang pernah mengalami masa keemasan dan puncak kejayaan kini hancur porak poranda. Negara-negara Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Daulah Utsmaniyah berusaha untuk melepaskan diri. Maka perpecahan dan perebutan kekuasaan terjadi di antara mereka sendiri. Jika ada di antara mereka menjadi negara yang berdiri sendiri dengan khalifah yang memerintah, maka ia hanya menjadi boneka penjajah Eropa. Pada hakekatnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Bulan November 1924, Turki yang merupakan pusat pemerintahan Islam juga jatuh ke tangan penjajah. Akibatnya kekhalifahan Islam dihapuskan.
Demikian kondisi umat Islam pada akhir abad ke-19. Bukan saja berpengaruh pada sistem pemerintahan dan negara Islam, bahkan umat Islam di dunia menghadapi ancaman serupa. Akibatnya, perpecahan dan pertikaian di antara umat Islam terjadi di mana-mana. Tentu saja semua itu merupakan politik penjajah bangsa Eropa yang selalu berupaya memecah belah dan menghancurkan umat Islam.
Di Makkah, terjadi juga perebutan kekuasaan antara Syarif Husain dengan Abdul Aziz Ibnu Sa'ud. Dan pada bulan Oktober 1924, Ibnu Sa'ud berhasil menaklukkan dan menguasai kota Makkah. Dan lewat penyerbuan Makkah serta penyebaran faham Wahabi, akhirnya seluruh Hijaz (sebelah Barat Semenanjung Arab) berada di tangan Ibnu Sa'ud, sementara Syarif Husain melarikan diri dan tak punya kekuasaan.
Sejak saat itulah Ibnu Sa'ud dengan para pengikutnya berusaha menyebarkan ajaran-ajaran Wahabiyahnya. Mereka tidak segan-segan menghancurkan benda-benda peninggalan sejarah dan keramat. Kuburan-kuburan para Sahabat Nabi dihancurkan dan dibongkar, melarang umat Islam untuk memeluk selain ajaran Wahabi. Maka ajaran-ajaran madzhab, terutama madzhab Syafi'i dilarang memberlakukan dan mengamalkannya di tanah Hijaz. Bahkan tidak berhentii di situ, Ibnu Sa'ud beserta para pengikut Wahabi berencana membongkar makam Rasulullah Saw., karena menurut ajaran mereka, ziarah dan melestarikan makam-makam itu hukumnya syirik atau menyekutukan Allah Swt.
Namun, rencana itu ditentang keras oleh umat Islam sedunia. Karena membongkar makam Rasulullah Saw. bukan saja merupakan perbuatan tercela dan terkutuk, disamping tidak mencerminkan sikap hormat dan menghargai jasa-jasa Rasulullah Saw., tetapi juga berarti menghilangkan bukti-bukti sejarah Islam yang tak ternilai harganya.
Di Indonesia, rencana pembongkaran makam Nabi juga mendapat perhatian tersendiri dari umat Islam, terutama dari kalangan ulama. Oleh karena itu, pada pertengahan Januari 1926 Masehi, KH. Hasyim Asy''ari dan KH. Wahab Hasbullah mengundang ulamma-ulama terkemuka untuk bermusyawarah terkait dengan rencana pembongkaran makam Rasulullah tersebut. Akhirnya diputuskan untuk mengirim delegasi yang akan menghadap Raja Ibnu Sa'ud di Makkah. Tepat tanggal 31 Januari 1926 Masehi, 15 ulama berkumpul di kediaman KH. Wahab Hasbullah di Surabaya dan diputuskan untuk membentuk Komite Hijaz dan KH. Wahab Hasbullah ditunjuk menjadi juru bicara delegasi. Bersamaan itu pula, diputuskan untuk mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) dengan KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar dan KH. Ahmad Dahlan, Kebondalem sebagai wakilnya.
Akhirnya, Komite Hijaz yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah berangkat ke Makkah untuk mengikuti Kongres Umat Islam sedunia. Di Kongres ini, KH. Wahab Hasbullah atas nama ulama-ulama Indonesia meminta jaminan dan tuntutan kepada Raja Ibnu Sa'ud untuk :
1. Menjamin dan menghormati umat Islam yang bermadzhab.
2. Membatalkan rencana pembongkaran makam Rasulullah Saw.
3. Membolehkan umat Islam untuk dapat berziarah ke makam Rasulullah Saw., makam para Sahabat, dan tempat-tempat suci & bersejarah lainnya.
Jika tuntutan di atas tidak dipenuhi oleh Raja Ibnu Sa'ud, maka umat Islam sedunia akan memboikot untuk tidak menjalankan haji pada tahun-tahun berikutnya. Dan jika ini terjadi, berarti tanah Hijaz, Makkah akan kehilangan sumber ekonomi dari para jama'ah haji dunia.
Demikianlah perjuangan para pendahulu NU dalam menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Kegigihan dan keberanian mereka hendaknya diteladani oleh setiap warga Nahdliyin untuk meneruskan cita-cita mereka.
Komentar