Tokoh Pendiri/Pemula NU - KH. Hasyim Asy'ari (Part 2)
Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari |
Masa kebangkitan kembali pesantren dimulai pada tahun 1900 M. yakni sejak pesantren Tebuireng menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional. Kyai Hasyim membawa perubahan baru sepulangnya dari Makkah dengan metode pengajaran yang cukup sistematis. Umpamanya, Kyai Hasyim mengembangkan sistem musyawarah, seperti diskusi kelas yang menghidupkan suasana kreatif para santri.
Model musyawarah ini dilaksanakan melalui seleksi ketat dan cocok bagi peserta yang sudah berpengetahuan menengah dan tinggi. Peserta musyawarah dibagi dalam beberapa kelas dan setiap kelas diatur tidak sampai berjumlah besar. Ada tingkat persiapan dan ada pula tingkat lanjutan. Pelajarannya selain pelajaran agama yang biasa diajarkan di pesantren, juga pelajaran umum seperti bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. Selanjutnya, diajarkan juga bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia, seperti diperkenalkan oleh Kyai Ilyas yang telah menamatkan pelajarannya di HIS Surabaya. Di pesantren Tebuireng model musyawarah ini dilaksanakan terencana dan tertib.
2. Pemikiran Kyai Hasyim
Selama belajar di Makkah, sebenarnya Kyai Hasyim juga mengenal ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh. Namun, beliau kritis dan berhati-hati, khususnya berkenaan dengan kebebasan berpikir dan pengabaian nilai khazanah keislaman seperti halnya madzhab. Olehnya, dunia ini tidak dianggap kosong dari hasil pemikiran sebelumnya. Jelasnya, oleh Kyai Hasyim ada yang mesti dihormati dari karya pendahulu kita. Kyai Hasyim berpendirian bahwa, kembali langsung ke Al-Qur'an dan As-Sunnah tanpa melalui hasil-hasil ijtihad para imam madzhab adalah tidak mungkin. Yakni, tidak mungkin memperoleh hasil pemikiran yang utuh. Dikatakan, menafsirkan Al-Qur'an dan Hadits secara langsung tanpa mempelajari kitab para ulama besar dan imam madzhab hanya akan menghasilkan pemahaman yang keliru tentang ajaran Islam. Ternyata, pemikiran Kyai Hasyim cocok bagi pemikiran yang sejalan dengan pemikir berbudaya pada masa-masa berikutnya, terutama dari kalangan NU.
Ketokohan Kyai Hasyim di kalangan NU sangat sentral dan sekaligus menjadi tipe utama pemimpin. Beliau selain mampu mengembangkan Islam melalui lembaga pesantren juga mampu aktif mengorganisasi perjuangan politik melawan penjajah.
Dalam dunia pesantren telah banyak kyai tokoh pesantren hasil didikannya yang berjasa mengisi kemerdekaan di Republik Indonesia ini. Mereka selama menjadi santri, selain dididik dengan ilmu-ilmu keagamaan, juga dididik untuk mampu memecahkan persoalan-persoalan umum dan kemasyarakatan melalui sistem musyawarah. Karena itu, mereka umumnya mampu menjadi tokoh panutan di medan juang masing-masing dalam mengisi kemerdekaan. Sedangkan dalam dunia politik melawan penjajah, Kyai Hasyim telah berjuang melalui berbagai cara, yaitu melalui penyampaian fatwa-fatwa, penyampaian pemikiran-pemikiran, serta pengerahan kekuatan untuk mewujudkan Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.
Kyai Hasyim yang merupakan tokoh sentral dan tipe utama pemimpin ini, pulang ke Rahmatullah 2 tahun setelah Indonesia merdeka. Beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada tanggal 25 Juli 1947. Berdasarkan SK Presiden No. 29/1964, beliau diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Ini suatu bukti bahwa beliau bukan saja tokoh utama agama, tetapi juga tokoh nasional.
Komentar